Nama : Muhammad Sukri
Adiyanto
NPM : 57414553
Kelas : 1IA14
HUBUNGAN KEPRIBADIAN DENGAN KEBUDAYAAN
Menurut Roucek dan Warren, kepribadian adalah
organisasi faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari
perilaku individu. Faktor biologis misalnya, sistem syaraf, proses pendewasaan,
dan kelainan biologis lainnya, sedangkan faktor psikologis adalah seperti unsur
temperamen, kemampuan belajar, perasaan, keterampilan, keinginan dan lain-lain.
Dan yang terakhir, adalah faktor sosiologis. Kepribadian dapat mencakup
kebiasaan-kebiasaan, sikap dan lain-lain yang khas dimiliki oleh seseorang yang
berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain. Ketiga faktor di
atas adalah faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian.
Seseorang yang sejak kecil dilahirkan sampai
dewasa selalu belajar dari orang-orang disekitarnya. Secara bertahap dia akan
mempunyai konsep kesadaran tentang dirinya sendiri. Lama-kelamaan
perilaku-perilaku si anak akan menjadi sifat yang nantinya menghasilkan suatu
kepribadian. Berikut ini adalah beberapa kebudayaan khusus yang nyata
mempengaruhi bentuk kepribadian yakni:
1) Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar
faktor kedaerahan
Contoh: Adat-istiadat melamar di Lampung dan
Minangkabau. Di Minangkabau biasanya pihak permpuan yang melamar sedangkan di
Lampung, pihak laki-laki yang melamar.
2) Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda
( urban dan rural ways of life )
Contoh: Perbedaan anak yang dibesarkan di kota
dengan seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka
dan berani untuk menonjolkan diri di antara teman-temannya sedangkan seorang
anak desa lebih mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai (
sense of value )
3) Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas sosial
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial
yang kita kenal, ada lapisan sosial tinggi, rendah dan menengah. Misalnya cara
berpakaian, etiket, pergaulan, bahasa sehari-hari dan cara mengisi waktu
senggang. Masing-masing kelas
mempunyai kebudayaan yang tidak sama, menghasilkan kepribadian yang tersendiri
pula pada setiap individu.
4) Kebudayaan khusus atas dasar agama
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun
melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
5) Kebudayaan berdasarkan profesi
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda
dengan kepribadian seorang pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana
kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh lain seorang militer mempunyai
kepribadian yang sangat erat hubungan dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga
sudah biasa berpindah tempat tinggal.
GERAK KEBUDAYAAN
Gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang
hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia
terjadi oleh sebab hubungan-hubungan yang terjadi antar terjadi kelompok
masyarakat. Kebudayaan suatu kelompok manusia jika dihadapkan pada unsur-unsur
suatu kebudayaan asing yang berbeda, lambat laun akan diterima dan diolah ke
dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian manusia itu
sendiri. Proses itu dinamakan akulturasi. Dalam proses alkuturasi ada
unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima seperti: unsur kebendaan (
alat tulis menulis ), unsur-unsur yang membawa manfaat besar untuk mass media (
radio transistor ) dan unsur yang mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat
yang menerima unsur-unsur tersebut ( penggiling padi yang dengan biaya murah
serta pengetahuan teknis yang sederhana. Sedangkan unsur-unsur kebudayaan yang
sulit diterima misalnya: unsur yang menyangkut kepercayaan ( ideologi, falsafah
hidup ) dan unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosiologi
(contoh : nasi ). Pada umumnya generasi muda adalah individu yang dapat dengan
cepat menerina unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses
akulturasi. Sebaliknya generasi tua, lebih sukar. Hal ini disebabkan karena
pada generasi tua, norma-norma yang tradisional sudah internalized ( mendarah
daging, menjiwai ) sehingga sukar untuk mengubahnya.
TEORI KEBUDAYAAN
Empat teori dan pendekatan kebudayaan, yaitu:
1. Memandang kebudayaan sebagai kata benda :
Dalam arti lewat produk budaya kita
mendenifisikan dan mengelola kebudayaan itu. Teori produk budaya ini juga
penting karena semua hasil budaya yang ada di muka bumi merupakan produk budaya
kolektif manusia. Identitas budaya dapat dilihat dari pendekatan ini.
2. Memandang
kebudayaan sebagai kata kerja :
Pendekatan ini
dikemukakan oleh Pleh Van Peursen. Pendekatan ini juga penting untuk dipahami,
karena akan mampu menjelaskan kepada kita bagaimana proses-proses budaya itu
terjadi di tengah kehidupan kita. Produk-produk budaya yang kita pahami lewat
pendekatan pertama di atas ternyata juga menyiratkan adanya proses-proses
budaya manusia yang oleh Van Peursen disebut ada tiga terminal proses budaya.
Kehidupan mistis dimana mitos berkuasa, atau kuasa mitos mengemudikan arah
kebudayaan suatu masyarakat, dilanjutkan dengan hadirnya kehidupan ontologis
dan yang terakhir adalah kehidupan fungsional yang hari-hari ini lebih
mendominasi kehidupan budaya kita.
3. Memandang kebudayaan sebagai kata sifat :
Ini untuk membedakan mana kehidupan yang
berbudaya dan tidak berbudaya, membedakan antara kehidupan manusia yang
berbudaya dan makhluk lain seperti hewan dan benda-benda yang tidak memiliki
potensi budaya. Dalam memandang kebudayaan sebagai kata sifat maka unsur
nilai-nilai menjadi sangat penting. Kebudayaan dikonstruksi sebagai konfigurasi
nilai-nilai atau sebagai kompeksitas nilai-nilai yang kemudian beroperasi pada berbagai-bagai
level kehidupan. Konfigurasi nilai yang dimiliki berbagai komunitas budaya yang
berbeda kemudian melahirkan konstruksi budaya yang berbeda-beda pada komunitas
budaya itu.
4. Memandang kabudayaan sebagai kata keadaan :
Kondisi-kondisi
budaya tertentu menjadi menentukan wajah kebudayaan.
Deskripsi Alternatif :
HUBUNGAN KEPRIBADIAN DENGAN KEBUDAYAAN
Menurut Roucek dan Warren, kepribadian adalah
organisasi faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari
perilaku individu. Faktor biologis misalnya, sistem syaraf, proses pendewasaan,
dan kelainan biologis lainnya, sedangkan faktor psikologis adalah seperti unsur
temperamen, kemampuan belajar, perasaan, keterampilan, keinginan dan lain-lain.
Dan yang terakhir, adalah faktor sosiologis. Kepribadian dapat mencakup
kebiasaan-kebiasaan, sikap dan lain-lain yang khas dimiliki oleh seseorang yang
berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain. Ketiga faktor di
atas adalah faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian.
Seseorang yang sejak kecil dilahirkan sampai
dewasa selalu belajar dari orang-orang disekitarnya. Secara bertahap dia akan
mempunyai konsep kesadaran tentang dirinya sendiri. Lama-kelamaan
perilaku-perilaku si anak akan menjadi sifat yang nantinya menghasilkan suatu
kepribadian. Berikut ini adalah beberapa kebudayaan khusus yang nyata
mempengaruhi bentuk kepribadian yakni:
1) Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar
faktor kedaerahan
Contoh: Adat-istiadat melamar di Lampung dan
Minangkabau. Di Minangkabau biasanya pihak permpuan yang melamar sedangkan di
Lampung, pihak laki-laki yang melamar.
2) Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda
( urban dan rural ways of life )
Contoh: Perbedaan anak yang dibesarkan di kota
dengan seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka
dan berani untuk menonjolkan diri di antara teman-temannya sedangkan seorang
anak desa lebih mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai (
sense of value )
3) Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas sosial
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial
yang kita kenal, ada lapisan sosial tinggi, rendah dan menengah. Misalnya cara
berpakaian, etiket, pergaulan, bahasa sehari-hari dan cara mengisi waktu
senggang. Masing-masing kelas
mempunyai kebudayaan yang tidak sama, menghasilkan kepribadian yang tersendiri
pula pada setiap individu.
4) Kebudayaan khusus atas dasar agama
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun
melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
5) Kebudayaan berdasarkan profesi
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda
dengan kepribadian seorang pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana
kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh lain seorang militer mempunyai
kepribadian yang sangat erat hubungan dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga
sudah biasa berpindah tempat tinggal.
GERAK KEBUDAYAAN
Gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang
hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia
terjadi oleh sebab hubungan-hubungan yang terjadi antar terjadi kelompok
masyarakat. Kebudayaan suatu kelompok manusia jika dihadapkan pada unsur-unsur
suatu kebudayaan asing yang berbeda, lambat laun akan diterima dan diolah ke
dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian manusia itu
sendiri. Proses itu dinamakan akulturasi. Dalam proses alkuturasi ada
unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima seperti: unsur kebendaan (
alat tulis menulis ), unsur-unsur yang membawa manfaat besar untuk mass media (
radio transistor ) dan unsur yang mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat
yang menerima unsur-unsur tersebut ( penggiling padi yang dengan biaya murah
serta pengetahuan teknis yang sederhana. Sedangkan unsur-unsur kebudayaan yang
sulit diterima misalnya: unsur yang menyangkut kepercayaan ( ideologi, falsafah
hidup ) dan unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosiologi
(contoh : nasi ). Pada umumnya generasi muda adalah individu yang dapat dengan
cepat menerina unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses
akulturasi. Sebaliknya generasi tua, lebih sukar. Hal ini disebabkan karena
pada generasi tua, norma-norma yang tradisional sudah internalized ( mendarah
daging, menjiwai ) sehingga sukar untuk mengubahnya.
TEORI KEBUDAYAAN
Empat teori dan pendekatan kebudayaan, yaitu:
1. Memandang kebudayaan sebagai kata benda :
Dalam arti lewat produk budaya kita
mendenifisikan dan mengelola kebudayaan itu. Teori produk budaya ini juga
penting karena semua hasil budaya yang ada di muka bumi merupakan produk budaya
kolektif manusia. Identitas budaya dapat dilihat dari pendekatan ini.
2. Memandang
kebudayaan sebagai kata kerja :
Pendekatan ini
dikemukakan oleh Pleh Van Peursen. Pendekatan ini juga penting untuk dipahami,
karena akan mampu menjelaskan kepada kita bagaimana proses-proses budaya itu
terjadi di tengah kehidupan kita. Produk-produk budaya yang kita pahami lewat
pendekatan pertama di atas ternyata juga menyiratkan adanya proses-proses
budaya manusia yang oleh Van Peursen disebut ada tiga terminal proses budaya.
Kehidupan mistis dimana mitos berkuasa, atau kuasa mitos mengemudikan arah
kebudayaan suatu masyarakat, dilanjutkan dengan hadirnya kehidupan ontologis
dan yang terakhir adalah kehidupan fungsional yang hari-hari ini lebih
mendominasi kehidupan budaya kita.
3. Memandang kebudayaan sebagai kata sifat :
Ini untuk membedakan mana kehidupan yang
berbudaya dan tidak berbudaya, membedakan antara kehidupan manusia yang
berbudaya dan makhluk lain seperti hewan dan benda-benda yang tidak memiliki
potensi budaya. Dalam memandang kebudayaan sebagai kata sifat maka unsur
nilai-nilai menjadi sangat penting. Kebudayaan dikonstruksi sebagai konfigurasi
nilai-nilai atau sebagai kompeksitas nilai-nilai yang kemudian beroperasi pada
berbagai-bagai level kehidupan. Konfigurasi nilai yang dimiliki berbagai
komunitas budaya yang berbeda kemudian melahirkan konstruksi budaya yang
berbeda-beda pada komunitas budaya itu.
4. Memandang kabudayaan sebagai kata keadaan :
Kondisi-kondisi budaya tertentu menjadi
menentukan wajah kebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar