Minggu, 15 November 2015

REVIEW ADOBE MUSE CC ( APLIKASI UNTUK MEMBUAT WEBSITE TANPA CODING )



Buat anda yang ingin membuat website tapi punya kendala dengan nama nya coding-codingan, jangan panik dan jangan lemes !. sekarang Adobe telah mengeluarkan jalan alternatif buat kita-kita yang ingin punya website tapi tidak paham dengan dunia coding. Untuk anda yang sudah paham dengan Adobe photoshop atau pun Adobe Ilustration, itu akan mempermudah dalam pemahaman tool dan fungsi lain dari Adobe Muse. Ya ! nama software keluaran Adobe ini adalah Adobe Muse CC. 
Adobe Muse CC merupakan terobosan baru bagi dunia website, anda bebas mendesain sesuai keinginan sendiri dalam membuat website tanpa harus khawatir dengan codingnya. hanya cukup dengan menggunakan tool-tool yang telah disediakan Adobe Muse. Anda akan di permudah dalam membuat website. seperti yang saya jelaskan diatas apabila anda sudah mahir dengan Adobe Photoshop ini akan lebih mempercepat dan mempermudah dalam membuat sebuah website.
Beberapa waktu yang lalu, Adobe merilis Adobe Muse CC yang merupakan versi terbaru dari versi sebelumnya. Adobe Muse adalah suatu software tool untuk  membuat dan mempublikasikan website dinamis pada desktop dan perangkat mobile (mobile devices : Ipad, smartphone, dll.) yang memenuhi standar web terbaru – tanpa kita harus menuliskan kode(coding). Hal ini membuat anda sangat bebas dalam men-desain dan menggunakan beberapa tools yang sudah familiar kita gunakan serta ratusan web font. Dalam Adobe Muse CC ini kita mudah sekali untuk membuat konten interaktif, termasuk tampilan slide, form interaktif, dan masih banyak lagi yang lainnya.
            Dan kali ini saya akan menunjukkan beberapa feature terbaru dari Adobe Muse CC, apa sih yang bisa kita lakukan dengan salah satu software terbaru dari Adobe ini? Langsung saja, cekidot.

1.       Simple Site Planning
Membuat Layout halaman website kita sangat mudah dan simple. Kita hanya perlu menambahkan nama, mengatur halaman, dan kita juga bisa menerapkan pengaturan format halaman pada Master Page layaknya kita bekerja dengan Adobe InDesign. Ini memudahkan kita untuk membuat layout dan sitemap website kita.

2.       Intuitive Design Feature
Salah satu feature terbaru lainnya yaitu dengan adanya panel layer. Kita bisa menggunakan panel Layers baru untuk mengontrol elemen desain kita, semudah kita melakukannya pada Adobe Photoshop atau beberapa software adobe yang lain. Beberapa tools yang sering kita jumpai seperti, Eyedropper, Smart Guide, Paste in Place, Edit Original, dan masih banyak lagi.

3.       Hundreds of Fonts
Kita bisa memilih dan menggunakan dari ratusan bentuk dan type tipografi, dan beberapa web-safe font, serta system fonts. Menu tools ini sangat familiar sekali seperti kita sedang memilih jenis font pada software adobe lainnya.  Ini adalah layanan yang bisa kita gunakan yang didukung oleh Adobe TypeKit Services.

4.       Engaging interactivity
Kita tinggal melakukan drag and drop untuk menambahkan navigasi yang bisa anda customize, beberapa model slide show yang bisa anda gunakana, contact form yang sudah disediakan, dan masih banyak lagi widget-widget yang sudah disediakan untuk website kita. Semua widget dalam Adobe Muse CC ini sudah mendukung Touch Enabled yang diperuntukkan  pada perangkat mobile devices.

5.       Embedded HTML
Anda bisa menambahkan Google Maps, video YouTube, Facebook feed, file animasi HTML5, dan yang lainnya ke situs kita. Cukup copy dan paste kodenya ke dalam konten yang sudah kita buat dalam Adobe Muse CC dan Adobe Muse CC akan secara otomatis generate.

6.       New Scroll Motion Effects
Kini sangat mudah untuk kita membuat elemen scroll motion baik itu hirozontal maupun vertical dan pengaturan kecepatan yang berbeda dengan scroll mouse, atau sentuhan jari, pada desktop atau perangkat mobile, termasuk iPhone dan iPad.

7.       Site Preview and Testing
Anda bisa melakukan preview tampilan baik pada versi desktop, smartphone, atau tablet. Ini memungkinkan anda untuk melakukan modifikasi atau beberapa revisi sebelum kita mempublish-nya ke dalam hosting kita.

8.       In-browser Editing
Feature ini memungkinkan kita untuk melakukan edit, modifikasi atau revisi pada website kita, dengan feature ini, membuat website yang sempurna menjadi lebih mudah dan simple.

9.       Latest Web Standards
Membangun website profesional yang muncul dengan cepat dan bagus di beberapa platform browser dan perangkat mobile. Adobe Muse kode CC memang dirilis agar  kita bisa mengambil keuntungan dari kemajuan terbaru dalam dunia standar web dan kemampuan search engine mendeteksi website kita agar lebih mudah dan gampang diakses oleh user kita.

Nah itulah beberapa feature teratas dari Adobe Muse CC. Mudah-mudahan dengan ulasan saya ini kita semua menjadi tahu manfaat yang bisa kita gunakan untuk mengembangkan kreatifitas kita dalam membuat sebuah website. Untuk mencoba versi trial-nya, langsung saja ke http://creative.adobe.com kemudian kita masukkan Adobe ID kita (kalo yang belum punya bisa bikin dulu), lalu anda bisa men-downloadnya secara langsung. Sekian review dari saya, semoga dapat membantu anda.


*Bonus Beberapa Tampilan dari Adobe Muse






*Dan jika anda tertarik untuk belajar Adobe Muse CC silahkan lihat video tutorial berikut ini : 



Jumat, 30 Oktober 2015

Tutorial Membuat Subtitle Menggunakan Aegisub v3.2.2 dan MeGUI

Untuk penikmat film,khususnya film luar negeri . Tentunya akan sulit untuk memahami isi cerita dari film yang menggunakan bahasa inggris dalam dialognya. Namun,terkadang ada film yang sudah menyisipkan subtitle atau terjemahan pada filmnya. Nah bagaimana sih cara untuk membuat teks terjemahan dari suatu film luar negeri ? Aegisub mungkin salah satu aplikasi nya.
Aegisub adalah aplikasi yang berguna untuk membuat subtitle atau terjemahan dari suatu film atau video. Cara menggunakan Aegisub cukup mudah, kita hanya perlu mensinkronasikan suara yang ada pada video dengan teks yang sudah kita terjemahkan.
Berikut adalah Tutorial untuk membuat Subtitle pada Film dengan menggunakan Aegisub v3.2.2:

1. Install Aplikasi Aegisub
  
2. Berikut adalah tampilan awal aplikasi aegisub
  



3. Klik tab ‘Video kemudian pilih dan klik ‘Open Video..’ yang akan diberikan subtitle.


4. Berikut ini adalah tampilan ruang kerja untuk membuat subtitle, seperti memasukkan teksnya, mengatur ketepatan waktu, font, dan lainnya.
  
 



Dalam membuat subtitle, banyak yang harus diperhatikan terutama pada saat timing atau pengaturan waktu antara audio dengan teks subtitle yang akan kita input, gambar hijau yang seperti grafik itulah audio nya, disarankan menggunakan earphone atau headset saat membuat subtitle karena akan meningkatkan ketepatan timing.
Efek
Ada banyak efek yang dapat digunakan dalam subtitle, salah satunya yang kita gunakan disini adalah efek fade, yaitu efek muncul dan menghilangnya subtitle secara halus. Pembuatan efek fade ini cukup mudah dengan menambahkan kode berikut ke depan teks subtitle yang ingin diberi efek ini:
{\fad(1000,500)}
Angka 1000 dan  500 adalah waktu yang dibutuhkan untuk fade-in dan fade-out teksnya dalam satuan milidetik.
Lalu ada pula kode \N ditengah-tengah teks adalah untuk membuat ­line baru, sehingga jika teks subtitle dirasa terlalu panjang maka dapat menggunakan kode ini agar teks subtitle terbagi menjadi dua baris, seperti dibawah ini

 

5. Tampilan akhir setelah subtitle selesai dibuat.

 


Setelah selesai membuat subtitle pada Aegisub, selanjutnya kita akan satukan video dan subtitlenya menggunakan aplikasi MeGUI. Hasil dari penyatuan video dan subtitle ini disebut dengan hardsub, yaitu subtitle yang terdapat pada video tidak dapat dikeluarkan lagi. Berbeda dengan softsub yang subtitle nya masih bisa dikeluarkan dari videonya tentu dengan software tertentu.
Berikut langkah-langkah membuat hardsub video dan subtitle kita dengan menggunakan MeGUI. MeGUI bersifatportable atau tidak perlu di install, jadi dapat langsung digunakan.

1. Buka aplikasi MeGUI

2. Maka akan muncul tampilan awal MeGUI. 

3. Kemudain Tekan Ctrl+F2 pada keyboard dan tampilannya seperti dibawah ini

 

4. Pada kolom ‘Input File’ klik ‘…’ untuk menginput file video yang akan kita hardsub, lalu lanjut dengan klik ‘Queue’

5. Jika window video sudah muncul berarti input video berhasil.


6. Klik tab ‘Filters’ lalu beri ceklis pada tulisan ‘Source is Anime’ dan input subtitle pada kolom ‘Subtitles’, kemudian klik ‘Save’


7. Jika langkah sebelumnya benar maka window video harusnya sudah terisi dengan subtitle .

8. Kembali ke window utama lalu klik ‘AutoEncode’ yang ada di pojok kanan bawah.

9. Maka akan muncul window berikut


  
Container adalah ekstensi video yang akan dihasilkan, kita dapat memilih menggunakan MP4 atau MKV, tapi yang penting disini adalah mengubah ukuran file videonya yaitu di bagian ‘File Size’ klik tombol dropdown-nya lalu klik ‘Select Custom Size..’ kemudian ubah menjadi seperti berikut, lalu klik ‘OK’




Kemudian lanjut dengan klik ‘Queue’ agar langsung dikerjakan.
  


Pada bagian ‘Priority’ terlihat ‘LOW’, kita bisa menggantinya dengan ‘NORMAL’ atau ‘HIGH’ agar proses menjadi lebih cepat, tapi jangan diganti apabila anda memiliki RAM yang kecil pada komputer/laptop anda.


11. Proses hardsub selesai terlihat dari tab ‘Status’ yang bertuliskan ‘done’ 

Dengan selesainya hardsub video ini, maka selesailah pekerjaan kita dari membuat subtitle hingga penyatuannya kedalam video. Untuk melihat hasilnya, videonya terdapat di folder yang sama dengan yang asli dengan tambahan nama ‘-muxed’ pada filenya. Sekian Tutorial Membuat Subtitle Menggunakan Aegisub dan MeGUI ini semoga bermanfaat. Terima Kasih.

Jumat, 26 Juni 2015

PENDAPAT TENTANG MATA KULIAH ILMU BUDAYA DASAR (IBD)


1.       Kompetensi dasar apa yang ingin dicapai setelah anda belajar IBD (Ilmu Budaya Dasar)?

Setelah mendapat mata kuliah IBD mahasiswa diharapkan memperlihatkan:
·         Minat dan kebiasaan menyelidiki apa-apa yang terjadi disekitarnya dan diluar lingkungannya. Mencari tahu apa yang dikerjakannya sendiri dan mengapa.
·         Kesadaran akan pola-pola nilai yang diyakininya serta bagaimana hubungan nilai-nilai ini dengan cara hidupnya sehari-hari.
·         Kerelaan memikirkan kembali dengan nilai-nilai yang diyakininya untuk mengetahui apakah dia sendiri dapat membenarkan nilai-nilai tersebut untuk dirinya sendiri.
·         Keberanian moral untuk mempertahankan nilai-nilai yang dirasanya sudah dapat diterimanya dengan penuh tanggung jawab dan sebaliknya menolak nilai-nilai yang tidak dapat dibenarkan.




2.       Apa pendapat kalian tentang perbedaaan suku - suku yg ada di Indonesia dapat bersatu menjadi satu?

Arti Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi satu jua yang berasal dari buku atau kitab sutasoma karangan Mpu Tantular / Empu Tantular. Secara mendalam Bhineka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air. Dipersatukan dengan bendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama.
Kata-kata Bhinneka Tunggal Ika juga terdapat pada lambang negara Republik Indonesia yaitu Burung Garuda Pancasila. Di kaki Burung Garuda Pancasila mencengkram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Kata-kata tersebut dapat pula diartikan : Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia,dimana kita haruslah dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku bangsa,agama,bahasa,adat istiadat,warna kulit dan lain-lain.Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau dimana setiap daerah memiliki adat istiadat,bahasa,aturan,kebiasaan dan lain-lain yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhineka tunggal Ika pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dimana setiap orang akan hanya mementingkan dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa perduli kepentIngan bersama.Bila hal tersebut terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah belah.Oleh sebab itu marilah kita jaga bhineka tunggal ika dengan sebai-baiknya agar persatuan bangsa dan negara Indonesia tetap terjaga dan kita pun haruslah sadar bahwa menyatukan bangsa ini memerlukan perjuangan yang panjang yang dilakukan oleh para pendahulu kita dalam menyatukan wilayah republik Indonesia menjadi negara kesatuan.
Jadi menurut pendapat saya perbedaan bukanlah menjadi masalah selama masyarakat Indonesia tetap menghargai adanya perbedaan. Dan Bhineka Tunggal Ika adalah sarana pemersatu bangsa Indonesia.


3.       Manakah yang benar kebudayaan adalah produk manusia atau manusia adalah produk kebudayaan? Jelaskan!


Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagi dwitunggal, maksudya bahwa walaupun keduannya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan-peraturan kemasyarakatan. Awalnya peraturan dibuat oleh manusia. Setelah peraturan itu jadi, maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang mencakup dalam suatu kebudayaan itu tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.

Minggu, 03 Mei 2015

SUKU BANJAR

NAMA : MUHAMMAD SUKRI ADIYANTO
NPM : 57414553
KELAS : 1IA14
Suku Banjar (bahasa BanjarUrang Banjar ) adalah suku bangsa yang menempati wilayah Kalimantan Selatan, serta sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur. Populasi Suku Banjar dengan jumlah signifikan juga dapat ditemui di wilayah RiauJambiSumatera Utara dan Semenanjung Malaysia karena migrasi orang Banjar pada abad ke-19 ke Kepulauan Melayu.
Berdasarkan sensus penduduk 2010 orang Banjar berjumlah 4,1 juta jiwa. Sekitar 2,7 juta orang Banjar tinggal di Kalimantan Selatan dengan hampir separuh orang Banjar lainnya berada di perantauan.
Berkas:Pembesar Kerajaan Banjar Museum Lambung Mangkurat.JPG
Sketsa seorang pembesarKerajaan Banjar sekitar tahun 1850 (koleksi Museum Lambung Mangkurat).
Etimologis
Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yang merupakan pembauran masyarakat DAS DAS BahanDAS BaritoDAS Martapura dan DAS Tabanio.[3] Sungai Barito bagian hilir merupakan pusatnya suku Banjar. Kemunculan suku Banjar bukan hanya sebagai konsep etnis tetapi juga konsep politis, sosiologis, dan agamis.
Menurut Hikayat Banjar, dahulu kala penduduk pribumi Kalimantan Selatan belum terikat dengan satu kekuatan politik dan masing-masing puak masih menyebut dirinya berdasarkan asal Daerah Aliran Sungai misalnya orang batang Alai, orang batang Amandit, orang batang Tabalong, orang batang Balangan, orang batang Labuan Amas, dan sebagainya. Sebuah entitas politik yang bernama Negara Dipa terbentuk yang mempersatukan puak-puak yang mendiami semua daerah aliran sungai tersebut. Negara Dipa kemudian digantikan oleh Negara Daha. Semua penduduk Kalsel saat itu merupakan warga Kerajaan Negara Daha, sampai ketika seorang Pangeran dari Negara Daha mendirikan sebuah kerajaan di muara Sungai Barito yaitu Kesultanan Banjar. Dari sanalah namaBanjar berasal, yaitu dari nama Kampung Banjar yang terletak di muara Sungai Kuin, di tepi kanan sungai Barito. Kampung ini dipimpin oleh seorang Patih (Kepala Kampung) yang bernama Patih Masih. Gabungan nama kampung Banjar dan nama Patihnya tersebut sehingga kampung ini lebih dikenal dengan nama panjangnya Kampung Banjar Masih. Kelak kampung ini berkembang menjadi Kerajaan Banjar Masih dengan raja pertama Sultan Suriansyah, yang merupakan keponakan dari penguasa Kerajaan Hindu Negara Daha yang terletak di pedalaman.
Kerajaan Banjar Masih merupakan kerajaan baru yang muncul untuk memisahkan diri dari Negara Daha. Kerajaan Banjar Masih dengan rakyatnya yang dikenal sebagai orang Banjar Masih, merupakan entitas politik yang dibenturkan dengan orang Negara Daha (atau disebut juga orang Banjar Lama/proto Banjar) yang merupakan warga negara Kerajaan Negara Daha yang menjadi rivalnya. Kerajaan Negara Daha (atau disebut juga wilayah Batang Banyu) akhirnya berhasil ditaklukan dan wilayahnya dimasukan ke dalam Kerajaan Banjar Masih. Kekuatan Kerajaan Banjar Masih didukung penuh oleh Kesultanan Demak yang memberi persyaratan bahwa raja dan rakyat Banjar Masih (beserta bekas Negara Daha) harus menerima agama baru yaitu agama Islam, yang kini menjadi identitas orang Banjar sebagai etnoreligius/kultur grup Muslim yang membedakannya dari masyarakat sekitarnya pada masa itu.
Jadi pada pra-Islam, penduduk kampung Banjar Masih dan kampung sekitarnya yang ada di hilir sungai Barito tergolong sebagai warganegara Kerajaan Negara Daha atau Orang Negara Daha. Namun belakangan nama Banjar lebih populer sehingga dipakai untuk menamakan penduduk pada kedua wilayah tersebut, walaupun pada kenyataan kebudayaan di wilayah Batang Banyu merupakan kebudayaan Banjar yang lebih klasik. Penduduk Banjar dan Negara Daha sebenarnya menggunakan bahasa yang sama namun berbeda dialek. Peperangan antara Banjar melawan Negara Daha yang dimenangkan oleh Banjar ini hampir mirip dengan peperangan antara Demak melawan Majapahit yang dimenangkan oleh Demak, namun pebedaannya adalah Banjar kemudian dipakai sebagai nama etnik dan sedangkan Demak bukan merupakan nama etnik. Di daerah asalnya, sekarang ini suku Banjar terbagi menjadi tiga kelompok menurut lokasi pemukimannya, berturut-turut kelompok pertama yaitu kelompok orang Banjar Masih yang kini lebih dikenal sebagai orang Banjar Kuala karena secara geografis mendiami bagian kuala/hilir, sedangkan kelompok kedua yaitu bekas penduduk kerajaan Hindu Negara Daha (Banjar klasik) dikenal sebagai Banjar Batang Banyu, sedangkan kelompok ketiga dikenal sebagai Banjar Pahuluan yang hidup secara harmonis dengan tempat tinggal yang bersisian langsung dengan beberapa sub suku Dayak yang masih menganut agama Kaharingan. Di wilayah Pahuluan bagian utara masih dapat ditemukan kantong-kantong permukiman sub-sub Dayak Maanyan seperti Dayak Warukin dan Dayak Balangan. Sedangkan di wilayah Pahuluan bagian tengah dan selatan, ditemukan sub-sub Dayak Meratus (Banjar arkhais) seperti Dayak Pitap, Dayak Labuhan dan lain-lain.
Sejarah
Mitologi suku Dayak Meratus (Suku Bukit) menyatakan bahwa Suku Banjar (terutama Banjar Pahuluan) dan Suku Bukit merupakan keturunan dari dua kakak beradik yaitu Si Ayuh/Datung Ayuh/Dayuhan/Sandayuhan yang menurunkan suku Bukit dan Bambang Siwara/Bambang Basiwara yang menurunkan suku Banjar.[4] Dalam khasanah cerita prosa rakyat berbahasa Dayak Meratus ditemukan legenda yang sifatnya mengakui atau bahkan melegalkan keserumpunan genetika (saling berkerabat secara geneologis) antara orang Banjar dengan orang Dayak Meratus. Dalam cerita prosa rakyat berbahasa Dayak Meratus dimaksud terungkap bahwa nenek moyang orang Banjar yang bernama Bambang Basiwara adalah adik dari nenek moyang orang Dayak Meratus yang bernama Sandayuhan. Bambang Basiwara digambarkan sebagai adik yang berfisik lemah tapi berotak cerdas. Sedangkan Sandayuhan digambarkan sebagai kakak yang berfisik kuat dan jago berkelahi.
Sesuai dengan statusnya sebagai nenek-moyang atau cikal-bakal orang Dayak Maratus, maka nama Sandayuhan sangat populer di kalangan orang Dayak Meratus. Banyak sekali tempat-tempat di seantero pegunungan Meratus yang sejarah keberadaannya diceritakan berasal-usul dari aksi heroik Sandayuhan. Salah satu di antaranya adalah tebing batu berkepala tujuh, yang konon adalah penjelmaan dari Samali’ing, setan berkepala tujuh yang berhasil dikalahkannya dalam suatu kontak fisik yang sangat menentukan.[5]
Suku bangsa Banjar terbentuk dari suku-suku Bukit, Maanyan, Lawangan dan Ngaju yang dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu yang berkembang sejak zaman Sriwijaya dan kebudayaan Jawa pada zaman Majapahit, dipersatukan oleh kerajaan yang beragama Buddha, Hindu dan terakhir Islam, dari kerajaan Banjar, sehingga menumbuhkan suku bangsa Banjar yang berbahasa Banjar.[6] Suku bangsa Banjar terbagi menjadi tiga subsuku, yaitu (Banjar) Pahuluan(Banjar) Batang Banyu, dan Banjar (Kuala). Banjar Pahuluan pada asasnya adalalah penduduk daerah lembah-lembah sungai (cabang sungai Negara) yang berhulu ke pegunungan Meratus. Banjar Batang Banyu mendiami lembah sungai Negara, sedangkan orang Banjar Kuala mendiami sekitar Banjarmasin dan Martapura. Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan bahasa Banjar, yang terbagi ke dalam dua dialek besar yaitu Banjar Hulu dan Banjar Kuala. Nama Banjar diperoleh karena mereka dahulu (sebelum kesultanan Banjar dihapuskan pada tahun1860) adalah warga Kesultanan Banjarmasin atau disingkat Banjar, sesuai dengan nama ibukotanya pada mula berdirinya. Ketika ibukota dipindahkan ke arah pedalaman (terakhir di Martapura), nama tersebut nampaknya sudah baku atau tidak berubah lagi.[7]
Sejak abad ke-19, suku Banjar migrasi ke pantai timur Sumatera dan Malaysia. Di Malaysia, suku Banjar digolongkan sebagai bagian dari Bangsa Melayu.
Kesultanan Banjar sebelumnya meliputi wilayah provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah seperti saat ini, kemudian pada abad ke-16 terpecah di sebelah barat menjadi kerajaan Kotawaringin yang dipimpin Pangeran Dipati Anta Kasuma bin Sultan Mustain Billah dan pada abad ke-17 di sebelah timur menjadi kerajaan Tanah Bumbuyang dipimpin Pangeran Dipati Tuha bin Sultan Saidullah yang berkembang menjadi beberapa daerah: SabambanPegatanKoensanPoelau LaoetBatoe LitjinCangtoeng,BangkalaanSampanahanManoenggoel, dan Tjingal.
Wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur merupakan tanah rantau primer orang Banjar, selanjutnya dengan budaya maadam, orang Banjar merantau hingga ke luar pulau misalnya ke Kepulauan Sulu bahkan menjadi salah satu dari lima etnis yang pembentuk Bangsa Suluk atau Tausug (yakni percampuran orang Buranun, orang Tagimaha, orang Baklaya, orang Dampuan/Champa dan orang Banjar).[butuh rujukan] Hubungan antara Banjar dengan Kepulauan Sulu atau Banjar Kulan terjalin ketika para pedagang Banjar mengantar seorang Puteri dari Raja Banjar untuk menikah dengan penguasa suku Buranun (suku tertua di Kepulauan Sulu). Salah satu rombongan bangsa Suluk yang menghindari kolonial Spanyol dan mengungsi ke Kesultanan Banjar adalah moyang dari Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Suku Banjar juga memiliki hubungan historis suku Sasak di Kerajaan Selaparang, pulau Lombok. Selain itu Suku Banjar juga terkait dengan suku Sumbawa di pulau Sumbawa, yang merupakan gabungan dari lima suku yang menjadi akar masyarakat Sumbawa masa kini, salah satunya suku Banjar.[8]
Banjar Pahuluan
Orang [Banjar] Pahuluan puak Amandit (Kandangan)
Sangat mungkin sekali pemeluk Islam sudah ada sebelumnya di sekitar keraton yang dibangun di Banjarmasin, tetapi pengislaman secara massal diduga terjadi setelah raja Pangeran Samudera yang kemudian dilantik menjadi Sultan Suriansyah, memeluk Islam diikuti warga kerabatnya, yaitu bubuhan raja-raja. Perilaku raja ini diikuti elit ibukota, masing-masing tentu menjumpai penduduk pedalaman, yaitu Orang Bukit, yang dahulu diperkirakan mendiami lembah-lembah sungai yang sama.
Untuk kepentingan keamanan, atau karena memang ada ikatan kekerabatan, cikal bakal suku Banjar membentuk komplek pemukiman tersendiri. Komplek pemukiman cikal bakal suku Banjar (Pahuluan) yang pertama ini merupakan komplek pemukimanbubuhan, yang pada mulanya terdiri dari seorang tokoh yang berwibawa sebagai kepalanya, dan warga kerabatnya, dan mungkin ditambah dengan keluarga-keluarga lain yang bergabung dengannya. Model yang sama atau hampir sama juga terdapat pada masyarakat balai di kalangan masyarakat orang Bukit, yang pada asasnya masih berlaku sampai sekarang. Daerah lembah sungai-sungai yang berhulu di Pegunungan Meratus ini nampaknya wilayah pemukiman pertama masyarakat Banjar, dan di daerah inilah konsentrasi penduduk yang banyak sejak zaman kuno, dan daerah inilah yang dinamakan Pahuluan. Apa yang dikemukakan di atas menggambarkan terbentuknya masyarakat (Banjar) Pahuluan, yang tentu saja dengan kemungkinan adanya unsur orang Bukit ikut membentuknya.[7]
Banjar Batang Banyu
Masyarakat (Banjar) Batang Banyu terbentuk diduga erat sekali berkaitan dengan terbentuknya pusat kekuasaan yang meliputi seluruh wilayah Banjar, yang barangkali terbentuk mula pertama di hulu sungai Negara atau cabangnya yaitu sungai Tabalong. Sebagai warga yang berdiam di ibukota tentu merupakan kebanggaan tersendiri, sehingga menjadi kelompok penduduk yang terpisah. Daerah tepi sungai Tabalong adalah merupakan tempat tinggal tradisional dari Orang Maanyan (dan Orang Lawangan), sehingga diduga banyak yang ikut serta membentuk subsuku Banjar Batang Banyu, di samping tentu saja orang-orang asalPahuluan yang pindah ke sana dan para pendatang yang datang dari luar. Bila di Pahuluan umumnya orang hidup dari bertani (subsistens), maka banyak di antara penduduk Batang Banyu yang bermata pencarian sebagai pedagang dan pengrajin.[7]
Perkampungan orang [Banjar] Batang Banyu puak Nagara Daha
Banjar Kuala
Ketika pusat kerajaan dipindahkan ke Banjarmasin (terbentuknya Kesultanan Banjarmasin), sebagian warga Batang Banyu (dibawa) pindah ke pusat kekuasaan yang baru ini dan bersama-sama dengan penduduk sekitar keraton yang sudah ada sebelumnya, membentuk subsuku Banjar. Di kawasan ini mereka berjumpa dengan orang Ngaju, yang seperti halnya dengan masyarakat Bukit dan masyarakat Maanyan serta Lawangan, banyak di antara mereka yang akhirnya melebur ke dalam masyarakat Banjar, setelah mereka memeluk agama Islam. Mereka yang bertempat tinggal di sekitar ibukota kesultanan inilah sebenarnya yang dinamakan atau menamakan dirinya orang Banjar, sedangkan masyarakat Pahuluan dan masyarakat Batang Banyu biasa menyebut dirinya sebagai orang (asal dari) kota-kota kuno yang terkemuka dahulu. Tetapi bila berada di luar Tanah Banjar, mereka itu tanpa kecuali mengaku sebagai orang Banjar.[7]
Demikian kita dapatkan keraton keempat adalah lanjutan dari kerajaan Daha dalam bentuk kerajaan Banjar Islam dan berpadunya suku Ngaju, Maanyan dan Bukit sebagai inti. Inilah penduduk Banjarmasih ketika tahun 1526 didirikan. Dalam amalgamasi(campuran) baru ini telah bercampur unsur budaya MelayuJawa, Ngaju, Maanyan, Bukit dan suku kecil lainnya diikat oleh agamaIslam, berbahasa Banjar dan adat istiadat Banjar oleh difusi kebudayaan yang ada dalam keraton. Di sini kita dapatkan bukan suku Banjar, karena kesatuan etnik itu tidak ada, yang ada adalah grup atau kelompok besar yaitu kelompok Banjar Kuala, kelompok Banjar Batang Banyu dan Banjar Pahuluan.
Yang pertama tinggal di daerah Banjar Kuala sampai dengan daerah Martapura. Yang kedua tinggal di sepanjang sungai Tabalong dari muaranya di sungai Barito sampai dengan Kelua. Yang ketiga tinggal di kaki pegunungan Meratus dari Tanjung sampai Pelaihari. Kelompok Banjar Kuala berasal dari kesatuan-etnik Ngaju, kelompok Banjar Batang Banyu berasal dari kesatuan-etnik Maanyan, kelompok Banjar Pahuluan berasal dari kesatuan etnik Bukit. Ketiga ini adalah intinya. Mereka menganggap lebih beradab dan menjadi kriteria dengan yang bukan Banjar, yaitu golongan Kaharingan, dengan ejekan orang Dusun, orang Biaju, Bukit dan sebagainya.[9]
Ketika Pangeran Samudera mendirikan kerajaan Banjar, ia dibantu oleh orang Ngaju, dibantu patih-patihnya seperti Patih Belandean, Patih Belitung, Patih Kuwi dan sebagainya serta orang Bakumpai yang dikalahkan. Demikian pula penduduk Daha yang dikalahkan sebagian besar orang Bukit dan Maanyan. Kelompok ini diberi agama baru yaitu agama Islam, kemudian mengangkat sumpah setia kepada raja, dan sebagai tanda setia memakai bahasa ibu baru dan meninggalkan bahasa ibu lama. Jadi orang Banjar itu bukan kesatuan etnis tetapi kesatuan politik, seperti bangsa Indonesia.[10]

Sosio-historis
Secara sosio-historis masyarakat Banjar adalah kelompok sosial heterogen yang terkonfigurasi dari berbagai sukubangsa dan ras yang selama ratusan tahun telah menjalin kehidupan bersama, sehingga kemudian membentuk identitas etnis (suku) Banjar. Artinya, kelompok sosial heterogen itu memang terbentuk melalui proses yang tidak sepenuhnya alami (priomordial), tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang cukup kompleks.[11]
Islam telah menjadi ciri masyarakat Banjar sejak berabad-abad yang silam. Islam juga telah menjadi identitas mereka, yang membedakannya dengan kelompok-kelompok yang ada di sekitarnya yang kini disebut sebagai Dayak, yang umumnya masih menganut religi sukunya. Memeluk Islam merupakan kebanggaan tersendiri, setidak-tidaknya dahulu, sehingga berpindah agama di kalangan masyarakat Dayak dikatakan sebagai "babarasih" (membersihkan diri) di samping menjadi orang Banjar.[7]
Masyarakat Banjar bukanlah suatu yang hadir begitu saja, tapi ia merupakan konstruksi historis secara sosial suatu kelompok manusia yang menginginkan suatu komunitas tersendiri dari komunitas yang ada di kepulauan Kalimantan. Etnik Banjar merupakan bentuk pertemuan berbagai kelompok etnik yang memiliki asal usul beragam yang dihasilkan dari sebuah proses sosial masyarakat yang ada di daerah ini dengan titik berangkat pada proses Islamisasi yang dilakukan oleh Demak sebagai syarat berdirinyaKesultanan BanjarBanjar sebelum berdirinya Kesultanan Islam Banjar belumlah bisa dikatakan sebagai sebuah ksesatuan identitas suku atau agama, namun lebih tepat merupakan identitas yang merujuk pada kawasan teritorial tertentu yang menjadi tempat tinggal[12].
Suku Banjar yang semula terbentuk sebagai entitas politik terbagi 3 grup (kelompok besar) berdasarkan teritorialnya dan unsur pembentuk suku berdasarkan persfektif kultural dan genetis :
1.   Grup Banjar Pahuluan adalah campuran orang Melayu-Hindu dan orang Bukit yang berbahasa Melayik (unsur Bukit sebagai ciri kelompok)
2.   Grup Banjar Batang Banyu adalah campuran orang Pahuluan, orang Melayu-Hindu/Buddha, orang Keling-Gujarat, orang Maanyan, orang Lawangan, orang Bukit dan orang Jawa-Hindu Majapahit (unsur Maanyan seperti Debagai ciri kelompok). Di Kalsel masih dapat ditemukan komunitas sub-Dayak Maanyan yang masih menganut adat Kaharingan yang bertetangga dengan perkampungan suku Banjar seperti Dayak Warukin, Dayak Balangan, dan Dayak Samihim.
3.   Grup Banjar Kuala[13] adalah campuran orang Kuin, orang Batang Banyu, orang Dayak Ngaju (Berangas, Bakumpai)[14], orang Kampung Melayu[15], orang Kampung Bugis-Makassar[16], orang Kampung Jawa[17], orang Kampung Arab[16], dan sebagian orang Cina Parit yang masuk Islam (unsur Ngaju sebagai ciri kelompok). Proses amalgamasi masih berjalan hingga sekarang di dalam grup Banjar Kuala yang tinggal di kawasan Banjar Kuala - kawasan yang dalam perkembangannya menuju sebuah kota metropolitan yang menyatu (Banjar Bakula).
Dengan mengambil pendapat Idwar Saleh tentang inti suku Banjar, maka percampuran suku Banjar dengan orang Ngaju/serumpunnya (Kelompok Barito Barat) yang berada di sebelah barat Banjarmasin (Kalimantan Tengah) dapat kita asumsikan sebagai kelompok Banjar Kuala juga. Di sebelah utara Kalimantan Selatan terjadi percampuran suku Banjar dengan orang Maanyan/serumpunnya (Kelompok Barito Timur) seperti Dusun, Lawangan dan suku Pasir di Kalimantan Timur yang juga berbahasa Lawangan, dapat kita asumsikan sebagai kelompok Banjar Batang Banyu. Percampuran suku Banjar di tenggara Kalimantan yang banyak terdapat suku Bukit kita asumsikan sebagai Banjar Pahuluan.
Suku Banjar Perantauan
Kalimantan Timur dan Utara
Sebelum masa Kesultanan Banjar berhubungan dengan VOC Belanda sekitar 1606, pada saat itu Kesultanan Banjar merupakan negara maritim dimana pedagang-pedagang Banjar sudah melakukan hubungan niaga dengan Filipina Selatan (Banjar Kulan), Brunei, Cochin Cina/Campa, sehingga kawasan timur Kalimantan merupakan perlintasan jalur perdagangan orang Banjar sejak berabad-abad yang lalu. Sejak itulah orang Banjar/Kesultanan Banjar melebarkan teritorialnya keKalimantan Timur atau disebut juga negeri-negeri di atas angin dalam Hikayat Banjar.
Suku Banjar membentuk 15 % dari populasi penduduk Kaltim dan terdapat seluruh kabupaten dan kota di Kaltim. Suku Banjar di Kaltim lebih banyak populasinya dibandingkan suku Dayak maupun suku Kutai. Di Kota Samarinda dan Balikpapan, suku Banjar merupakan kelompok etnik asal Kalimantan terbanyak di kedua wilayah kota tersebut.[18]
Menurut data statistik Kalimantan Timur 2002, Suku Banjar terdapat di Kota Samarinda (140.761 jiwa), Kota Balikpapan (63.010 jiwa), Kutai Kartanegara (57.506 jiwa), Paser (32.323 jiwa), Kutai Timur (11.380 jiwa), Berau (9.659 jiwa), Tarakan (8.766 jiwa), Kutai Barat (6.658 jiwa), Bontang (5.328 jiwa), Bulungan (3.315 jiwa), Nunukan (1.124 jiwa) dan Malinau (490 jiwa).[19]
Migrasi suku Banjar (Batang Banyu) ke Kalimantan Timur terjadi tahun 1565, yaitu orang-orang Amuntai yang dipimpin Aria Manau (ayah Puteri Petung) dari Kerajaan Kuripan(versi lainnya dari Kerajaan Bagalong di Kelua, Tabalong) yang merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Sadurangas di daerah Paser, selanjutnya suku Banjar juga tersebar di daerah lainnya di Kalimantan Timur. Organisasi Suku Banjar di Kalimantan Timur adalah Kerukunan Bubuhan Banjar-Kalimantan Timur (KBB-KT).
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah termasuk dalam wilayah Kesultanan Banjar. Daerah-daerah di Kalimantan Tengah dan seterusnya hingga negeri Sambas di Kalimantan Barat disebutnegeri-negeri di bawah angin dalam Hikayat Banjar. Sudah berabad-abad orang Banjar melakukan migrasi dan melebarkan teritorialnya ke kawasan pesisir Kalimantan Tengah, sehingga menjadikan suku Banjar sebagai kelompok etnik kedua terbanyak setelah suku Dayak (rumpun Dayak) di wilayah tersebut. Kalimantan Tengah juga menjadi hunian orang Banjar terbanyak kedua setelah Kalimantan Selatan.
Menurut sensus tahun 2000, Suku Banjar merupakan 24,20 % dari populasi penduduk dan sebagai suku terbanyak di Kalteng. Tahun 2000 (sebelum pemekran daerah), suku Banjar terdapat di Kabupaten Kapuas (40,5%), Palangkaraya (27,64%), Kotawaringin Timur (20,3%), Kotawaringin Barat (16,02%), Barito Selatan (10,5%) dan Barito Utara (2,56%).
Komposisi etnis di Kalteng berdasarkan sensus tahun 2000 terdiri suku Banjar (24,20%), Jawa (18,06%), Ngaju (18,02%), Dayak Sampit (9,57%), Bakumpai (7,51%), Madura(3,46%), Katingan (3,34%) dan Maanyan (2,80%)[20]. Tetapi jika digabungkan suku Dayak (Ngaju, Sampit, Maanyan, Bakumpai) mencapai 37,90%.
Besarnya proporsi Suku Banjar dan Jawa di Kalimantan Tengah karena perantauan orang Banjar asal Kalimantan Selatan dan transmigrasi asal Jawa yang cukup besar ke Kalimantan Tengah. Orang Banjar secara langsung memanfaatkan berbagai peluang ekonomi yang masih terbuka luas di Kalimantan Tengah. Berbeda dengan orang Jawa yang pindah ke Kalimantan Tengah karena program transmigrasi, orang Banjar pindah atas kemauan sendiri. Daerah pedalaman Kalimantan Selatan (daerah Pahuluan) adalah daerah padat penduduk dan sejak lama merupakan sumber migrasi keluar orang Banjar tidak hanya ke berbagai tempat di Pulau Kalimantan, tetapi juga ke Sumatera dan Jawa.[21]
Perkampungan suku Banjar Kalteng terutama terdapat daerah kuala dari sungai Mentaya di Kabupaten Kotawaringin Timur dan sungai Seruyan di Kabupaten Seruyan, misalnya desa Tanjung Rangas dan Pematang Panjang.
Migrasi suku Banjar (Banjar Kuala) ke Kalimantan Tengah terutama terjadi pada masa pemerintahan Sultan Banjar IV yaitu Raja Maruhum atau Sultan Musta'inbillah (1650-1672), yang telah mengizinkan berdirinya Kerajaan Kotawaringin dengan rajanya yang pertama Pangeran Dipati Anta-Kasuma.
Suku Banjar yang datang dari lembah sungai Negara (wilayah Batang Banyu) terutama orang Negara (urang Nagara) yang datang dari Kota Negara (bekas ibukota Kerajaan Negara Daha) telah cukup lama mendiami wilayah Kahayan Kuala, Pulang Pisau, yang kemudian disusul orang Kelua (Urang Kalua) dari Tabalong dan orang Hulu Sungailainnya mendiami daerah yang telah dirintis oleh orang Negara. Puak-puak suku Banjar ini akhirnya melakukan perkawinan campur dengan suku Dayak Ngaju setempat dan mengembangkan agama Islam di daerah tersebut.
Sedangkan migrasi suku Banjar ke wilayah Barito, Kalimantan Tengah terutama pada masa perjuangan Pangeran Antasari melawan Belanda sekitar tahun 1860-an. Suku-suku Dayak di wilayah Barito mengangkat Pangeran Antasari (Gusti Inu Kartapati) sebagai raja dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin berkedudukan di Puruk Cahu (Murung Raya), setelah mangkat dia perjuangannya dilanjutkan oleh putranya yang bergelar Sultan Muhammad Seman.
Jawa Timur
Suku Banjar di Jawa Timur banyak bermukim di Kota SurabayaMalangPasuruan dan Tulungagung.
Di Tulungagung, masyarakat Banjar merupakan pendatang yang cukup mendominasi terutama dalam perdagangan emas. Etnis Banjar di Tulungagung merupakan komunitas etnis pendatang yang cukup besar jumlahnya dibanding etnis Tionghoa dan Arab

Jawa Tengah

Masjid Kampung Banjar Semarang

Berkas:Kampung-Banjar-Semarang.jpg
Kampung Banjar, Kelurahan Dadapsari, Semarang Utara
Menurut Serat Maha Parwa, penduduk Jawa berasal dari Hindustan dan Siam yang sebelumnya singgah di Nusa Kencana (Kalimantan).[24]Di daratan kota Rembang telah ditemukan bangkai perahu kuno terbuat dari kayu ulin diduga berasal dari Kalimantan Selatan.[25]Berdasarkan Hikayat Banjar (1663) dapat diketahui bahwa Sultan Demak telah mengirimkan seribu pasukan untuk membantu Pangeran Samudera (raja Banjarmasih) untuk berperang melawan pamannya Pangeran Tumenggung penguasa Kerajaan Negara Daha terakhir. Kemenangan akhirnya diraih oleh Pangeran Samudera sebagai Sultan Banjarmasin ke-1, sedangkan Pangeran Tumenggung diijinkan menetap di daerah Alay dengan seribu penduduk. Selama peperangan tersebut tertangkap pula 40 orang Negara Daha baik laki-laki maupun perempuan, yang kemudian dibawa ke Demak dan Tadunan sebagai ganti 20 orang prajurit Demak yang gugur. Kejadian berlangsung sekitar tahun 1520-1526[26][27] Dewasa ini Suku Banjar di Jawa Tengah hanya berkisar 10.000 jiwa. Suku Banjar terutama bermukim di Kota Semarang dan Kota Surakarta.[28] Dahulu, suku Banjar kebanyakan bermukim di Kampung Banjar[29] dalam wilayah kelurahan Dadapsari. Kelurahan ini juga dikenal sebagai Kampung Melayu.
Migrasi suku Banjar ke kota Semarang kira-kira pada akhir abad ke-19 dan bermukim di sebelah barat kali Semarang berdekatan dengan eks kelurahan Mlayu Darat. Di wilayah ini suku Banjar membaur dengan etnis lainnya seperti Arab-IndonesiaGujaratMelayuBugis dansuku Jawa setempat. Keunikan suku Banjar di kampung ini, mereka mendirikan rumah panggung (rumah ba-anjung) yang sudah beradaptasi dengan lingkungan setempat, tetapi sayang kebanyakan rumah tersebut sudah mulai tergusur karena kondisi yang sudah tua maupun faktor alam (air pasang, rob) yang nyaris menenggelamkan kawasan ini akibat banjir pasang air laut.[30]
Sedangkan di Surakarta, suku Banjar kebanyakan bermukim di Kelurahan Jayengan. Suku Banjar di Surakarta memiliki yayasan bernamaDarussalam, yang diambil dari nama Pesantren terkenal yang ada di kota Martapura. Kebanyakan suku Banjar di Jawa Tengah merupakan generasi ke-5 dari keturunan MartapuraKabupaten Banjar. Tokoh suku Banjar di Jawa Tengah adalah (alm) Drs. Rivai Yusuf asal Martapura, yang pernah menjabat Bupati Pemalang dan Kepala Dinas Perlistrikan Jawa Tengah. Ia juga ketua Ikatan Keluarga Kalimantanke-1, saat ini dijabat Bp. H Akwan dari Kalimantan Barat. Di samping itu ada pula Ikatan Keluarga Banjar di Semarang, yang diketuai H. Karim Bey Widaserana dari Barabai[31]
Sulawesi
Di Makassar, etnis Banjar umumnya sebagai pedagang perhiasan, tukang jahit, tukang emas, pedagang batu permata dan pembuat kopiah.[32] Diketahui, ada sebuah perkampungan suku Banjar di Kota Manado yaitu Kelurahan Banjer, yang mengisyaratkan bahwa ada Suku Banjar yang bermukim di Sulawesi Utara. Selain itu, ada tokoh Banjar yang lahir di Manado seperti Muhammad Thoha Ma'ruf.
Pada tahun 1884, salah seorang tokoh Perang Banjar bernama Pangeran Perbatasari (cucu Pangeran Antasari dibuang ke Kampung Jawa Tondano. Di sana, ia menikah dengan seorang wanita Jaton (Jawa Tondano). Beberapa tahun kemudian, saudaranya Gusti Amir juga menyusul ke sana dan menikah dengan wanita Jaton. Orang Jaton keturunan para pangeran asal Banjar ini menyandang fam Perbatasari dan Sataruno.[33]
Sumatera dan Malaysia
Suku Banjar di Malaysia, mayoritas keturunan Banjar Pahuluan. Selain suku Banjar juga memasukan keturunan suku Kutai, suku Berau dan suku Bakumpai (Dayak Ngaju muslim), yang biasa dikategorikan dalam Rumpun Banjar. Negara Malaysia dibentuk dari gabungan empat negara: Malaya, Sarawak, Sabah dan Singapura (keluar tahun 1969). Berdasarkan sensus 1911 penduduk Malaya Britania (sekarang Malaysia Barat) yang merupakan suku Banjar berjumlah 21.227 jiwa, dengan komposisi 81% tinggal di Perak, 13.5% di Selangor dan 3.7% di Johor sedangkan di negara bagian lain bilangannya kecil. Lebih 88% suku Banjar di Perak tinggal di daerah Kerian, sementara kebanyakan suku Banjar di Selangor tinggal di Kuala Langat (Tunku Shamsul Bahrin 1964: 150). Pada tahun 1921 suku Banjar meningkat hampir 80% menjadi 37.484 jiwa. Peningkatan paling besar berlaku di Johor, dari 782 jiwa pada tahun 1911 menjadi 8.365 jiwa pada tahun 1921. Kebanyakan suku Banjar di Johor ditemui di Batu Pahat (5.711 jiwa) dan di Kukub(1.166 jiwa). Di Perak peningkatan jumlah suku Banjar terjadi di daerah Hilir Perak, sedangkan di Selangor terjadi di daerah Kuala Selangor (Tunku Shamsul Bahrin 1964: 151). Antara tahun 1921 hingga 1931 penduduk suku Banjar telah bertambah 7.503 jiwa menjadi 45.351 jiwa. Pada saat itu Perak, Johor dan Selangor masih merupakan tiga negeri dengan penduduk suku Banjar terbanyak dimana tinggal 96% suku Banjar yang ada di Malaya. Tetapi dalam periode itu terjadi sedikit perubahan dalam taburan suku Banjar di Malaya. Jika sebelum itu, lebih 50% orang Banjar tinggal di Perak, pada tahun 1931, bilangan orang Banjar di negeri itu telah berkurang. Sebaliknya, bilangan orang Banjar di Johor dan Selangor telah bertambah, karena sebagian orang Banjar di Perak telah berpindah ke Johor dan Selangor yang mengalami pembangunan ekonomi yang lebih pesat.[34]
Suku Banjar sudah lama terdapat di Sumatera.[35][36] Berdasarkan sensus tahun 1930, suku Banjar di Sumatera berjumlah 77.838 jiwa yang terdistribusi di Plantation belt (Pantai Timur Sumatera Utara) 31.108 jiwa, di Sumatera bagian Tengah 46.063 jiwa dan di Sumatera bagian Selatan 430 jiwa.[37] Belakangan, suku Banjar di Sumatera banyak yang berpindah ke Malaysia sebelum kemerdekaannya. Suku Banjar yang tinggal di Sumatera (TembilahanTungkalHamparan Perak (Paluh Kurau), Pantai CerminPerbaungan) dan Malaysia merupakan anak, cucu, intahpiat dari para imigran etnis Banjar yang datang dalam tiga gelombang migrasi besar.
Pertama, pada tahun 1780 terjadi migrasi besar-besaran ke pulau Sumatera. Etnis Banjar yang menjadi emigran ketika itu adalah para pendukung Pangeran Amir yang menderita kekalahan dalam perang saudara antara sesama bangsawan Kesultanan Banjar, yakni Pangeran Tahmidullah. Mereka harus melarikan diri dari wilayah Kesultanan Banjar karena sebagai musuh politik, mereka sudah dijatuhi hukuman mati.
Kedua, pada tahun 1862 terjadi lagi migrasi besar-besaran ke pulau Sumatera. Etnis Banjar yang menjadi imigrannya kali adalah para pendukung Pangeran Antasari dalam kemelut Perang Banjar. Mereka harus melarikan diri dari pusat pemerintahan Kerajaan Banjar di kota Martapura karena posisi mereka terdesak sedemikian rupa. PasukanResiden Belanda yang menjadi musuh mereka dalam Perang Banjar yang sudah menguasai kota-kota besar di wilayah Kerajaan Banjar.
Ketiga, pada tahun 1905 etnis Banjar kembali melakukan migrasi besar-besaran ke pulau Sumatera. Kali ini mereka terpaksa melakukannya karena Sultan Muhammad Semanyang menjadi raja di Kerajaan Banjar ketika itu meninggal di tangan Belanda.
Migrasi suku Banjar ke Sumatera khususnya ke TembilahanIndragiri Hilir sekitar tahun 1885 di masa pemerintahan Sultan Isa (raja Indragiri sebelum raja yang terakhir). Tokoh etnis Banjar yang terkenal dari daerah ini adalah Syekh Abdurrahman Siddiq Al Banjari (Tuan Guru Sapat/Datu Sapat) yang berasal dari Martapura dan menjabat sebagai MuftiKerajaan Indragiri. Suku Banjar juga banyak menyebar di Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka Belitung, seperti di pulau Singkep[38]
Sistem kekerabatan
Waring
Sanggah
Datu
Kai (kakek) + Nini (nenek)
Abah (ayah) + Uma (ibu)
Kakak < ULUN > Ading
Anak
Cucu
Buyut
Intah/Muning
Seperti sistem kekerabatan umumnya, masyarakat Banjar mengenal istilah-istilah tertentu sebagai panggilan dalam keluarga. Skema di samping berpusat dari ULUN sebagai penyebutnya.
Bagi ULUN juga terdapat panggilan untuk saudara dari ayah atau ibu, saudara tertua disebut Julak, saudara kedua disebut Gulu, saudara berikutnya disebut Tuha, saudara tengah dari ayah dan ibu disebut Angah, dan yang lainnya biasa disebut Pakacil (paman muda/kecil) dan Makacil (bibi muda/kecil), sedangkan termuda disebut Busu. Untuk memanggil saudara dari kai dan nini sama saja, begitu pula untuk saudara datu.
Disamping istilah di atas masih ada pula sebutan lainnya, yaitu:
 · minantu (suami / isteri dari anak ULUN)
 · pawarangan (ayah / ibu dari minantu)
 · mintuha (ayah / ibu dari suami / isteri ULUN)
 · mintuha lambung (saudara mintuha dari ULUN)
 · sabungkut (orang yang satu Datu dengan ULUN)
 · mamarina (sebutan umum untuk saudara ayah/ibu dari ULUN)
 · kamanakan (anaknya kakak / adik dari ULUN)
 · sapupu sakali (anak mamarina dari ULUN)
 · maruai (isteri sama isteri bersaudara)
 · ipar (saudara dari isteri / suami dari ULUN)
 · panjulaknya (saudara tertua dari ULUN)
 · pambusunya (saudara terkecil dari ULUN)
 · badangsanak (saudara kandung)
Untuk memanggil orang yang seumur boleh dipanggil ikam, boleh juga menggunakan kata aku untuk menunjuk diri sendiri. Sedangkan untuk menghormati atau memanggil yang lebih tua digunakan kata pian, dan kata ulun untuk menunjuk diri sendiri.
Islam Banjar
Istilah Islam Banjar menunjuk kepada sebuah proses historis dari fenomena inkulturisasi Islam di Tanah Banjar, yang secara berkesinambungan tetap hidup di dan bersama masyarakat Banjar itu sendiri (Tim Haeda, 2009:3). Dalam ungkapan lain, istilah Islam Banjar setara dengan istilah-istilah berikut: Islam di Tanah Banjar, Islam menurut pemahaman dan pengalaman masyarakat Banjar, Islam yang berperan dalam masyarakat dan budaya Banjar, atau istilah-istilah lain yang sejenis, tentunya dengan penekanan-penekanan tertentu yang bervariasi antara istilah yang satu dengan lainnya.
Inti dari Islam Banjar adalah terdapatnya karakteristik khas yang dimiliki agama Islam dalam proses sejarahnya di Tanah Banjar. Menurut Alfani Daud (1997), ciri khas itu adalah terdapatnya kombinasi pada level kepercayaan antara kepercayaan Islam, kepercayaan bubuhan, dan kepercayaan lingkungan. Kombinasi itulah yang membentuk sistem kepercayaan Islam Banjar. Menurut Tim Haeda (2009), di antara ketiga sub kepercayaan itu, yang paling tua dan lebih asli dalam konteks Banjar adalah kepercayaan lingkungan, karena unsur-unsurnya lebih merujuk pada pola-pola agama pribumi pra-Hindu. Oleh karena itu, dibandingkan kepercayaan bubuhan, kepercayaan lingkungan ini tampak lebih fleksibel dan terbuka bagi upaya-upaya modifikasi ketika dihubungkan dengan kepercayaan Islam.
Sejarah Islam Banjar dimulai seiring dengan sejarah pembentukan entitas Banjar itu sendiri. Menurut kebanyakan peneliti, Islam telah berkembang jauh sebelum berdirinya Kerajaan Banjar di Kuin Banjarmasin, meskipun dalam kondisi yang relatif lambat lantaran belum menjadi kekuatan sosial-politik. Kerajaan Banjar, dengan demikian, menjadi tonggak sejarah pertama perkembangangan Islam di wilayah Selatan pulau Kalimantan. Kehadiran Syekh Muhammad Arsyad al-Banjar lebih kurang tiga abad kemudian merupakan babak baru dalam sejarah Islam Banjar yang pengaruhnya masih sangat terasa sampai dewasa ini.
Bahasa
Bahasa Banjar merupakan bahasa ibu Suku Banjar. Bahasa ini berkembang sejak zaman Kerajaan Negara Dipa dan Daha yang bercorak Hindu-Buddha hingga datangnya agama Islam di Tanah Banjar. Banyak kosakata-kosakata bahasa ini sangat mirip dengan Bahasa DayakBahasa Melayu, maupun Bahasa Jawa.
Kebudayaan
Berkas:Busana Pengantin Suku Banjar.JPG
Busana Pengantin Banjar.
Keterampilan Mengolah Lahan Pasang Surut
Kehidupan orang Banjar terutama kelompok Banjar Kuala dan Batang Banyu lekat dengan budaya sungai. Sebagai sarana transportasi, orang Banjar mengembangkan beragam jukung (perahu) sesuai dengan fungsinya yakni Jukung Pahumaan, Jukung Paiwakan, Jukung Paramuan, Jukung Palambakan, Jukung Pambarasan, Jukung Gumbili, Jukung Pamasiran, Jukung Beca Banyu, Jukung Getek, Jukung Palanjaan, Jukung Rombong, Jukung/Perahu Tambangan, Jukung Undaan, Jukung Tiung dan lain-lain.[39] Kondisi geografis Kalimantan Selatan yang banyak memiliki sungai dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh orang Banjar, sehingga salah satu keahlian orang Banjar adalah mengolah lahan pasang surut menjadi kawasan budi daya pertanian dan permukiman.[40] Sistem irigasi khas orang Banjar yang dikembangkan masyarakat Banjar mengenal tiga macam kanal. Pertama, Anjir (ada juga yang menyebutnya Antasan) yakni semacam saluran primer yang menghubungkan antara dua sungai. Anjir berfungsi untuk kepentingan umum dengan titik berat sebagai sistem irigasi pertanian dan sarana transportasi. Kedua, Handil (ada juga yang menyebut Tatah) yakni semacam saluran yang muaranya di sungai atau di Anjir. Handil dibuat untuk menyalurkan air ke lahan pertanian daerah daratan. Handil ukurannya lebih kecil dari Anjir dan merupakan milik kelompok atau bubuhan tertentu. Ketiga, Saka merupakan saluran tersier untuk menyalurkan air yang biasanya diambil dari Handil. Saluran ini berukuran lebih kecil dari Handil dan merupakan milik keluarga atau pribadi.
Rumah Banjar

Rumah Banjar adalah rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya antara lain mempunyai perlambang, mempunyai penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan simetris. Rumah tradisonal Banjar adalah tipe-tipe rumah khas Banjar dengan gaya dan ukirannya sendiri mulai berkembang sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935. Dari sekian banyak jenis-jenis rumah Banjar, tipeBubungan Tinggi merupakan jenis rumah Banjar yang paling dikenal dan menjadi identitas rumah adat suku Banjar.
Tradisi lisan
Tradisi lisan oleh Suku Banjar sangat dipengaruhi oleh budaya MelayuArab, dan Cina. Tradisi lisan Banjar (yang kemudian hari menjadi sebuah kesenian) berkembang sekitar abad ke-18 yang di antaranya adalah Madihin dan Lamut. Madihin berasal dari bahasa Arab, yakni madah (ﻤﺪﺡ) yang artinya pujian. Madihin merupakan puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku secara khusus dalam khasanah folklor Banjar di Kalsel. Sedangkan Lamut adalah sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan budaya Banjar. Lamut berasal dari negeri Cina dan mulanya menggunakan bahasa Tionghoa.[41] Namun, setelah dibawa ke Tanah Banjar oleh pedagang-pedagang Cina, maka bahasanya disesuaikan menjadi bahasa Banjar.[41]
Teater
Satu-satunya seni teater tradisional yang berkembang di pulau Kalimantan adalah Mamanda. Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dariKalimantan Selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup.[42]
Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan. Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).[42]
Tokoh-tokoh ini wajib ada dalam setiap Pementasan. Agar tidak ketinggalan, tokoh-tokoh Mamanda sering pula ditambah dengan tokoh-tokoh lain seperti Raja dari Negeri Seberang, Perompak, Jin, Kompeni dan tokoh-tokoh tambahan lain guna memperkaya cerita.
Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan “nda” yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.[42]
Musik
Salah satu kesenian berupa musik tradisional khas Suku Banjar adalah Musik Panting. Musik ini disebut Panting karena didominasi oleh alat musik yang dinamakan panting, sejenis gambus yang memakai senar (panting) maka disebut musik panting. Pada awalnya musik panting berasal dari daerah Tapin, Kalimantan Selatan. Panting merupakan alat musik yang dipetik yang berbentuk seperti gabus Arab tetapi ukurannya lebih kecil. Pada waktu dulu musik panting hanya dimainkan secara perorangan atau secara solo. Karena semakin majunya perkembangan zaman dan musik panting akan lebih menarik jika dimainkan dengan beberapa alat musik lainnya, maka musik panting sekarang ini dimainkan dengan alat-alat musik seperti babun, gong,dan biola dan pemainnya juga terdiri dari beberapa orang. Nama musik panting berasal dari nama alat musik itu sendiri, karena pada musik panting yang terkenal alat musik nya dan yang sangat berperan adalah panting, sehingga musik tersebut dinamai musik panting. Orang yang pertama kali memberi nama sebagai musik panting adalah A. SARBAINI. Dan sampai sekarang ini musik panting terkenal sebagai musik tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.[43]
Selain itu, ada sebuah kesenian musik tradisional Suku Banjar, yakni Musik Kentung. Musik ini berasal dari daerah Kabupaten Banjar yaitu di desa Sungai Alat, Astambul dan kampung Bincau, Martapura. Pada masa sekarang, musik kentung ini sudah mulai langka. Masa dahulu alat musik ini dipertandingkan. Dalam pertandingan ini bukan saja pada bunyinya, tetapi juga hal-hal yang bersifat magis, seperti kalau dalam pertandingan itu alat musik ini bisa pecah atau tidak dapat berbunyi dari kepunyaan lawan bertanding.[44]
Tarian
Seni Tari Banjar terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di lingkungan istana (kraton), dan seni tari yang dikembangkan oleh rakyat. Seni tari kraton ditandai dengan nama "Baksa" yang berasal dari bahasa Jawa (beksan) yang menandakan kehalusan gerak dalam tata tarinya. Tari-tari ini telah ada dari ratusan tahun yang lalu, semenjak zaman hindu, namun gerakan dan busananya telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi dewasa ini. Contohnya, gerakan-gerakan tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan adab islam mengalami sedikit perubahan.
Kuliner
Masakan tradisional Banjar diantaranya: sate Banjar[45], soto Banjar, ketupat Kandangan, kue bingka dan lain-lain.
Senjata Tradisional
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan orang yang pernah memakainya, senjata tradisional suku banjar yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
·         1. Serapang
Serapang adalah tombak bermata lima mata dimana empat mata mekar seperti cakar elang dengan bait pengait di tiap ujungnya. Satu mata lagi berada di tengah tanpa bait, yang disebut “besi lapar” yang di percaya dapat merobohkan orang yang memiliki ilmu kebal sekuat apappun.
·         2. Tiruk
Tiruk adalah tombak panjang lurus tanpa bait digunakan untuk berburu ikan haruan (ikan gabus) dan toman di sungai.
·         3. Pangambangan
Pangambangan adalah tombak lurus bermata satu dengan bait di kedua sisinya.
·         4. Duha
Duha adalah pisau bermata dua yang sering digunakan untuk berburu babi.
Populasi
Menurut sensus BPS tahun 2010 populasi suku Banjar berjumlah 4.127.124 dan terdapat di seluruh provinsi Indonesia dengan 2.686.627 diantaranya tinggal di Kalimantan Selatan. Populasi suku Banjar dalam jumlah besar juga dapat ditemkan di Kalimantan Tengah (464.260) dan Kalimantan Timur (440.453) yang merupakan daerah perantauan primer orang Banjar. Di pulau Sumatera orang Banjar banyak terdapat di Riau (227.239), Sumatera Utara (125.707) dan Jambi (102.237) karena migrasi orang Banjar pada abad ke-19 ke pesisir timur Sumatera.
Populasi suku Banjar diantaranya sebagai berikut:[46]
Provinsi
Populasi Suku Banjar
Jumlah Penduduk
Konsentrasi
Distribusi
2.686.627
3.626.616
74,08%
65,10%
464.260
2.212.089
20,99%
11,25%
440.453
3.553.143
12,40%
10,67%
227.239
5.538.367
4,10%
5,51%
125.707
12.982.204
0,97%
3,05%
102.237
3.092.265
3,31%
2,48%
14.430
4.395.983
0,33%
0,35%
12.405
37.476.757
0,03%
0,30%
11.811
1.679.163
0,70%
0,29%
9.383
43.053.732
0,02%
0,23%
8.572
9.607.787
0,09%
0,21%
3.837
8.034.776
0,05%
0,09%
3.452
2.635.009
0,13%
0,08%
2.734
4.494.410
0,06%
0,07%
2.572
10.632.166
0,02%
0,06%
2.545
3.457.491
0,07%
0,06%
2.336
32.382.657
0,01%
0,06%
1.442
7.450.394
0,02%
0,03%
1.083
4.500.212
0,02%
0,03%
594
2.270.596
0,03%
0,01%
499
2.232.586
0,02%
0,01%
411
7.608.405
0,01%
0,01%
355
4.846.909
0,01%
0,01%
349
3.890.757
0,01%
0,01%
327
2.833.381
0,01%
0,01%
249
1.223.296
0,02%
0,01%
221
1.158.651
0,02%
0,01%
213
1.533.506
0,01%
0,01%
200
4.683.827
0,00%
0,00%
180
1.715.518
0,01%
0,00%
165
760.422
0,02%
0,00%
134
1.040.164
0,01%
0,00%
102
1.038.087
0,01%
0,00%
Total
4.127.124
237.641.326
1,74%
100,00%
Tokoh-tokoh Banjar
·         Hasan Basry, Pahlawan Nasional Indonesia.
·         Idham Chalid, Wakil Perdana Menteri, Ketua MPR RI, Pahlawan Nasional Indonesia.
·         Pangeran Muhammad Noor, mantan menteri PU/Gubernur Kalimantan ke-1
·         Prof. Gusti Muhammad Hatta, menteri Riset dan Teknologi.
·         Abdul Hafiz Anshari, mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum
·         Drs. Saadillah Mursjid, MPA, mantan Menteri Sekretaris Kabinet Pembangunan VII
·         Djohan Effendi, mantan Menteri Sekretaris Kabinet era Gus Dur, penulis pidato Presiden Soeharto.
·         Syamsul Mu'arif, mantan Menteri Negara Komunikasi dan Informasi Kabinet Gotong Royong
·         Taufiq Effendi, mantan menteri Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Kabinet Indonesia Bersatu
·         Muhammad Zaini Abdul Ghani, ulama dan tokoh Islam Indonesia.
·         K.H. Muhammad Arifin Ilham, Ketua Majelis Zikra
·         Terry Putri, Artis dan pembawa acara